Awal-awal aku masuk kuliah,
banyak orang-orang yang mengira aku wanita yang mengerti agama. Menganggap aku
adalah wanita yang baik dan lemah lembut. Mungkin mereka melihat dari caraku
berpakaian yang jilbabnya lebar dan di double, selalu memakai rok, bahkan dalam
olahraga yang pada umumnya memakai celana, aku masih tetap memakai rok. Tak jarang
orang yang mempertanyakan kenapa aku memakai rok saat olahraga, tak sedikit
pula mereka melihatku seperti melihat orang yang “islam fundalis”. Tak hanya
satu dua orang yang memandangku aneh, tetapi “banyak” orang. Kejadian seperti itu, membuat ingatanku
terbawa ke masa SMA. Aku ingat betul, ada teman SMA ku dulu yang juga anak
rohis, dia menurutku wanita yang tak banyak bicara dan sangat tenang, dia
sangat alim menurutku. Jilbabnya panjang, di double pula, memakai celana
dibalik rok seragamnya, intinya dia menjaga sekali auratnya. Dan saat itu,
akulah aktor yang menganggap dia agak aneh, dulu aku mempertanyakan kenapa sih
jilbabnya di double, kenapa sih harus pakai celana lagi padahal kan kaos kakinya
sudah panjang, kan bikin sumpek, ya seperti itulah fikiranku saat itu. Karena
aku semasa SMA adalah wanita yang anti-rok, tak ada satu pun rok yang terpajang
di lemariku, terkecuali rok seragam sekolah. Jika kuceritakan, saat SMP aku
belum memakai jilbab, mulai memasuki SMA aku mulai menggunakan jilbab, meskipun
masih dengan sistem copot-pasang-copot-pasang. Aku dulu begitu jauh dengan Allah,
jangankan membaca Al-Quran, menyentuhnya pun bisa ku hitung berapa kali. Sholatpun
terkadang masih telat-telat dan ada juga yang bolong, bila ku ingat-ingat aku
mulai rajin sholat ketika kelas 2 SMA menginjak semester genap.
Namun, siapa sangka... Semenjak
masuk kuliah dan semenjak aku mengenal etos, aku merasa hidupku jauh berubah,
sangat sangat berubah. Tentulah menuju ke arah yang lebih baik. Dari segi
penampilan maupun perilaku. Dari etos, aku mulai belajar bagaimana wanita
seharusnya berpakaian, bagaimana seharusnya bersikap. Jujur, awalnya aku tak
langsung menerima semua itu, sungguh itu semua sangat bertolak belakang dari
kebiasaanku saat SMA, aku yang dulu suka melucu dan cekikak cekikik sana sini, sekarang
harus belajar meredam itu semua. Sejak awal aku sudah tau bahwa etos memang
sangat memegang kokoh akhlak islami yang sesuai ajaran dalam Al-Quran. Namun,
aku nekat untuk mendaftarkan diri di Etos. Ternyata Allah lebih tahu mana yang
lebih baik untukku, aku mencoba dan terus mencoba melakukan apa yang menjadi
aturan dalam Etos ini. Yah, awalnya memang semua ini ku lakukan karena etos,
namun lambat laun aku mengerti bahwa aku yang harus menutup aurat, aku yang
harus menjaga sikap, aku yang harus baik itu semua ku tujukan karena Allah,
bukan etos. Sekarang aku merasa hidup ini lebih tenang dan terjaga, seandainya
semua orang yang (katanya) Islam meyakini kebenaran Al-Quran, seharusnya tak
ada lagi wanita-wanita yang berkeliaran tanpa kain yang menutupi auratnya, ini
bukan hal siap atau ketidaksiapan hati. Yang lebih utama yaitu menaati
perintah-Nya, bukan perintah diri sendiri. Seperti yang telah di firmankan
Allah dalam Q.S. An-Nur : 31 yang berarti bahwa “Katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah...............(lanjutannya di
baca yah :) )”. Sudah sangat jelas
hukum dalam Quran bahwa wanita memang harus menutup aurat kecuali yang biasa
nampak padanya (wajah), sehingga selain itu kita harus menutupnya. Eh tu kan
aku jadi ceramah, jadi intinya sih ya, kalau kita sebagai wanita yang SUDAH
mengetahui hukumnya, akan sangat rugi jika tetap mengabaikannya. Sekarang bukan
berarti aku mengerti banyak mengenai islam, semakin jauh aku mulai belajar akan
hal-hal Islam, ternyata begitu buuanyaaaaaak yang tak ku ketahui dari agamaku
sendiri, begitu malunya aku selama ini, aku menghabiskan 17 tahun hidupku
dengan tanpa makna, hidayah Allah sangat luar biasa, jalan hidup setiap manusia
berbeda, mungkin Allah menyadarkanku dengan menempatkan aku dalam keluarga etos
ini. Dan aku baru menyadari beberapa hal, bahwa ternyata selama ini “sesuatu”
yang dulu tak ku sukai, akhirnya Allah menjadikan “sesuatu” itu menjadi hal
yang tak bisa kulepaskan. Dulu yang aku tak suka rok, tak suka kaos kaki, tak
suka jilbab lebar, bahkan dulu aku sempat tak suka dengan etos, sekarang... aku
tak bisa melepaskannya dari hidupku ini, karena sesungguhnya apa yang kita fikir baik belum tentu baik buat diri kita dan apa yang kita fikir buruk bagi kita, belum tentu sebenarnya buruk.
Ini
jalan hijrahku, bagaiamana dengan(mu)? *entah siapa “mu” itu, kurasa tak
ada yang membaca postingan ini kecuali diriku, hehe biarlah ini menjadi
catatanku tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar