Kamis, 10 Desember 2015

Indahnya Berhijrah

Awal-awal aku masuk kuliah, banyak orang-orang yang mengira aku wanita yang mengerti agama. Menganggap aku adalah wanita yang baik dan lemah lembut. Mungkin mereka melihat dari caraku berpakaian yang jilbabnya lebar dan di double, selalu memakai rok, bahkan dalam olahraga yang pada umumnya memakai celana, aku masih tetap memakai rok. Tak jarang orang yang mempertanyakan kenapa aku memakai rok saat olahraga, tak sedikit pula mereka melihatku seperti melihat orang yang “islam fundalis”. Tak hanya satu dua orang yang memandangku aneh, tetapi “banyak” orang.  Kejadian seperti itu, membuat ingatanku terbawa ke masa SMA. Aku ingat betul, ada teman SMA ku dulu yang juga anak rohis, dia menurutku wanita yang tak banyak bicara dan sangat tenang, dia sangat alim menurutku. Jilbabnya panjang, di double pula, memakai celana dibalik rok seragamnya, intinya dia menjaga sekali auratnya. Dan saat itu, akulah aktor yang menganggap dia agak aneh, dulu aku mempertanyakan kenapa sih jilbabnya di double, kenapa sih harus pakai celana lagi padahal kan kaos kakinya sudah panjang, kan bikin sumpek, ya seperti itulah fikiranku saat itu. Karena aku semasa SMA adalah wanita yang anti-rok, tak ada satu pun rok yang terpajang di lemariku, terkecuali rok seragam sekolah. Jika kuceritakan, saat SMP aku belum memakai jilbab, mulai memasuki SMA aku mulai menggunakan jilbab, meskipun masih dengan sistem copot-pasang-copot-pasang. Aku dulu begitu jauh dengan Allah, jangankan membaca Al-Quran, menyentuhnya pun bisa ku hitung berapa kali. Sholatpun terkadang masih telat-telat dan ada juga yang bolong, bila ku ingat-ingat aku mulai rajin sholat ketika kelas 2 SMA menginjak semester genap.


Namun, siapa sangka... Semenjak masuk kuliah dan semenjak aku mengenal etos, aku merasa hidupku jauh berubah, sangat sangat berubah. Tentulah menuju ke arah yang lebih baik. Dari segi penampilan maupun perilaku. Dari etos, aku mulai belajar bagaimana wanita seharusnya berpakaian, bagaimana seharusnya bersikap. Jujur, awalnya aku tak langsung menerima semua itu, sungguh itu semua sangat bertolak belakang dari kebiasaanku saat SMA, aku yang dulu suka melucu dan cekikak cekikik sana sini, sekarang harus belajar meredam itu semua. Sejak awal aku sudah tau bahwa etos memang sangat memegang kokoh akhlak islami yang sesuai ajaran dalam Al-Quran. Namun, aku nekat untuk mendaftarkan diri di Etos. Ternyata Allah lebih tahu mana yang lebih baik untukku, aku mencoba dan terus mencoba melakukan apa yang menjadi aturan dalam Etos ini. Yah, awalnya memang semua ini ku lakukan karena etos, namun lambat laun aku mengerti bahwa aku yang harus menutup aurat, aku yang harus menjaga sikap, aku yang harus baik itu semua ku tujukan karena Allah, bukan etos. Sekarang aku merasa hidup ini lebih tenang dan terjaga, seandainya semua orang yang (katanya) Islam meyakini kebenaran Al-Quran, seharusnya tak ada lagi wanita-wanita yang berkeliaran tanpa kain yang menutupi auratnya, ini bukan hal siap atau ketidaksiapan hati. Yang lebih utama yaitu menaati perintah-Nya, bukan perintah diri sendiri. Seperti yang telah di firmankan Allah dalam Q.S. An-Nur : 31 yang berarti bahwa “Katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah...............(lanjutannya di baca yah :) )”. Sudah sangat jelas hukum dalam Quran bahwa wanita memang harus menutup aurat kecuali yang biasa nampak padanya (wajah), sehingga selain itu kita harus menutupnya. Eh tu kan aku jadi ceramah, jadi intinya sih ya, kalau kita sebagai wanita yang SUDAH mengetahui hukumnya, akan sangat rugi jika tetap mengabaikannya. Sekarang bukan berarti aku mengerti banyak mengenai islam, semakin jauh aku mulai belajar akan hal-hal Islam, ternyata begitu buuanyaaaaaak yang tak ku ketahui dari agamaku sendiri, begitu malunya aku selama ini, aku menghabiskan 17 tahun hidupku dengan tanpa makna, hidayah Allah sangat luar biasa, jalan hidup setiap manusia berbeda, mungkin Allah menyadarkanku dengan menempatkan aku dalam keluarga etos ini. Dan aku baru menyadari beberapa hal, bahwa ternyata selama ini “sesuatu” yang dulu tak ku sukai, akhirnya Allah menjadikan “sesuatu” itu menjadi hal yang tak bisa kulepaskan. Dulu yang aku tak suka rok, tak suka kaos kaki, tak suka jilbab lebar, bahkan dulu aku sempat tak suka dengan etos, sekarang... aku tak bisa melepaskannya dari hidupku ini, karena sesungguhnya apa yang kita fikir baik belum tentu baik buat diri kita dan apa yang kita fikir buruk bagi kita, belum tentu sebenarnya buruk. 

Ini jalan hijrahku, bagaiamana dengan(mu)? *entah siapa “mu” itu, kurasa tak ada yang membaca postingan ini kecuali diriku, hehe biarlah ini menjadi catatanku tersendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar